Kalau kita berasumsi bahwa hanya tentara dan polisi yang menghadapi tugas-tugas berbahaya – sepertinya kita harus merekonstruksi asumsi kita.
Ibu Elli adalah seorang guru Madrasah Aliyah Negeri 1 Kebumen, yang pada gawe besar Ujian Nasional 22 – 24 April 2008 lalu bertugas menjadi Pengawas Ujian di salah satu SMA swasta di Kebumen. Lazimnya seorang pengawas sebelum bertugas beliau telah dibekali dengan ‘prosedur tetap, protap’ UN 2008 dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Maka ketika beliau menjumpai beberapa peserta UN mencoba berbuat curang, beliau dengan halus menegur peserta. Namun bukannya patuh, peserta yang ditegur bahkan menendang kursi dan meja, beberapa peserta lainpun menunjukkan reaksi ketidaksenangan serupa atas teguran Bu Elli.
Maka Bu Elli memilih membiarkan saja dari pada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sesuai prosedur Bu Elli kemudian melaporkan kejadian tingkah laku peserta ujian ini kepada kepala sekolah penyelenggara. Jawaban kepala sekolah penyelenggara sungguh makin membuat Bu Elli kecewa : “Siswa disini Bu, bukan cuma bisa menendang kursi bahkan bisa membunuh” jawab kepala sekolah penyelenggara menanggapi laporan Bu Elli.
Menanggapi ‘ancaman’ kepala sekolah ini Bu Elli memilih diam.
Menanggapi kejadian ini, Drs. Teguh Supriyadi, narasumber dialog yang juga salah seorang panitia Ujian Nasional Tingkat Kabuapaten sekaligus utusan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kebumen yang hadir pada acara dialog berjanji akan menindaklanjuti laporan ini.
Sementara Agus Purwanto, ketua suku SAKOBERE, yang ikut nimbrung bicara dalam dialog interaktif via telpon, meminta kepda Dinas P dan K agar berani bertindak tegas dan tidak hanya berjanji untuk menindaklanjuti tapi tanpa bukti. Menurut Agus, kejadian serupa yang dialami Bu Elli sudah sering terjadi pada UN tahun sebelumnya, dan karena Dinas P dan K membiarkannya maka kejadian serupa terulang dan bahkan menunjukkan frekwensi yang meningkat.
0 Comments:
Post a Comment