Hal ini telah mencederai indikator sukses WAJARDIKDAS di Kebumen. Seperti kita ketahui Pemkab Kebumen mencanangkan tahun 2007 lalu telah mencapai posisi TUNTAS PARIPURNA untuk WAJARDIKDAS.
Menurut Yuniarti, tidak semua siswa yang tidak melanjutkan disebabkan factor ekonomi langsung. Sebagian besar bahkan disebabkan factor ekonomi tak langsung, yaitu karena orang tua mereka menginginkan anak-anaknya untuk segera bekerja meringankan beban ekonomi keluarga, dengan bekerja merantau di Jakarta dan kota-kota besar lainnya bahkan sampai ke Malaysia dan Singapura sebagai TKI/TKW.
Mendengar kondisi mengenaskan ini, fasilitator pelatihan, Agus Purwanto, berharap agar semua pihak, khususnya sekolah dan komite sekolah dan perangkat desa, bisa bekerjasama bersinergi untuk mengurangi tingkat DO Wajardikdas. Hal ini disanggupi oleh peserta pelatihan untuk kemudian dituangkan dalam sebuah RTL (Rencana Tindak Lanjut) berupa program koordinasi antara SD Kalirejo 1 dan 2, termasuk komite sekolahnya untuk menanggulangi banyaknya lulusan yang tidak melanjutkan ke SLTP.
Selama dua hari (12-13 April 2008), seluruh pengurus komite sekolah SD Kalirejo 1 dan 2 serta SD Karangmaja Kecamatan Karanggayam mengikuti pelatihan optimalisasi peran dan fungsi komite sekolah. Pelatihan yang difasilitasi oleh Plan PU Kebumen diikuti pula oleh sebagian guru dan kepala sekolah.
Pelatihan bertujuan untuk memberikan pemahaman yang utuh tentang komite sekolah, dan mengoptimalkan kinerja komite sekolah dalam mendukung peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Salah seorang peserta pelatihan Giyatno, yang juga kepala SD Kalirejo 2 Karanggayam, mengungkapkan bahwa di sekolahnya sangat banyak masalah yang muncul yang membutuhkan dukungan semua pihak, khususnya komite sekolah.
“Saya berharap komite sekolah dapat menjadi mitra yang baik, sesuai dengan peran dan fungsinya, untuk mencari solusi dan mengatasi masalah-masalah di sekolah” Ujar Giyatno. “Kami mengidentifikasi banyak masalah yang membuat kinerja dan mutu pendidikan rendah. Misalnya saja, dengan 6 kelas yang ada, kami hanya memiliki 4 orang guru – itupun guru-guru yang nglaju dari Purworejo dan Magelang. Juga kekurangan sarpras” tambah Giyatno.
0 Comments:
Post a Comment