02 February 2009

Guru, Pelaku Terbesar Kedua Tindak Kekerasan di Sekolah


Jakarta - Lanthing.

Guru masih menjadi pelaku tindak kekerasan terbesar kedua di sekolah. Posisi pertama ditempati oleh sesama teman sekolah. Hal ini terungkap pada paparan penelitian Netti Lesmanawati dari lembaga Pratista Indonesia (Bogor) pada Seminar Anti Bullying di Usmar Ismail Hall Jakarta 26 s.d. 29 Januari 2009. Menurut pengamatan Netti kekerasan yang dilakukan guru kebanyakan adalah menghina, mengejek, memberikan julukan negative, mencolek pipi, memukul, menampar, dan menonjok.
Sementara kekerasan di sekolah yang dilakukan teman (atau senior) berupa mencium paksa, dipeluk paksa, alat kelamin diraba, paha dicolek dielus diraba, dada dicolek, diperosotkan celana, disingkap roknya, digoda dengan kata-kata jorok, dan dikeroyok dipukul dan ditendang.
Netti menyimpulkan bahwa kekerasan yang terjadi di sekolah umumnya adalah kekerasan fisik, psikis, dan seksual.
Selanjutnya Netti menyarankan agar ada pemberian penyadaran kepada guru dan siswa (SD hingga SLTA) tentang dampak kekerasan/bullying pada anak, juga melakukan gerakan bersama antara guru, orangtua, siswa di bawah koordinasi Dinas Pendidikan untuk menciptakan sekolah ramah anak yang terintegrasi dengan kurikulum pendidikan.
Seminar anti bullying ini merupakan rangkaian kegiatan Young Heart kerjasama antara Plan Indonesia dengan yayasan SEJIWA. Seminar menghadirkan pula Kasi Kesiswaan Pendidikan Nasional Prop DKI Jakarta, Budiyanto, Wartawan Liputan 6 SCTV Fedhly Averous Bey, yang mengungkapkan kembali tayangan investigative SCTV tentang perilaku bullying di SMA 70 Jakarta, juga Direktur Pembinaan TK/SD Depdiknas RI Drs. Mudjito AK, M.Si. juga Wakil Ketua Komis Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Magdalena Sitorus.
Tampak hadir dalam seminar ‘utusan Kebumen’ yaitu Kepala Dinas Dikpora Mahar Mugiyono, Ketua Majlis SAKOBERE Agus Purwanto, dan dari Plan PU Kebumen Sri Joko Yunanto.

0 Comments:

 
©  free template by Blogspot tutorial