Oleh : Agus Purwanto
Hari ini, selasa 25 Nopember 2008, adalah Hari Guru Nasional Ke-14, dan secara bersamaan merupakan HUT PGRI ke-63. Ada baiknya kita para guru melakukan kontemplasi yang mendalam, otokritik - bukan untuk mencaci maki dengan kebencian namun agar ke depan kita bisa menjadi lebih baik. Otokritik ini adalah sebuah kecintaan kita yang mendalam pada profesi kita : GURU.
Sebuah profesi, termasuk dalam hal ini profesi guru, agar menjadi benar-benar profesional haruslah memenuhi minimal 5 (lima) hal baik, yakni 1. well motivated, 2. well reqriuted, 3. well trained, 4. well paid, dan 5. well equiped. (motivasi yang baik, direkrut dengan baik, dilatih atau dididik dengan baik, dibayar dengan baik, dan diperlengkapi dengan baik).
Mari kita tengok kondisi para guru kita, apakah lima hal baik itu sudah mewarnai dunia guru kita.
Apakah motivasi guru-guru kita itu baik?
Ya untuk sebagian. Sebagian (besar?) yang lain semula tidak berniat untuk menjadi guru. Banyak pengakuan jujur dari para guru, semula mereka tidak ingin jadi guru, baru setelah tidak diterima dimana-mana, akhirnya mereka menyerah dan menjadi guru. Maka jangan heran bila kita menemukan banyak sarjana non kependidikan yang mengambil akta-IV dan kemudian menjadi guru.
Apakah para guru direkrut dengan baik?
Ya untuk sebagian. Sebagian yang lain rekrutment guru kita kacau balau. Silahkan tengok adakah the best ten SMA Negeri 1 Kebumen yang mendaftar di 'jurusan guru?'; Adakah mereka yang memenangi olimpiade sains, ada yang kemudian tertarik mendaftar di jurusan guru?. Rata-rata mereka lebih suka mendaftar di jurusan 'tukan insinyur', dokter, dan sejenisnya - dan bukan jurusan guru. Dengan kata lain mahasiswa 'jurusan guru' adalah mahasiswa kelas dua, kelas tiga, ... dan kelas berikutnya.
Apakah guru-guru kita dididik dengan baik?
Barangkali sebagian mungkin demikian. Sebagian IKIP atau 'mantan IKIP' seperti UNY (Universitas Ning Ykip) atau UPI (Universitas Padahal Ikip) memang mendidik para calon guru ini dengan baik, namun kita tidak bisa menutup mata sebagian 'sekolah guru' adalah sekolah-sekolahan yang kondisinya memprihatinkan.
Bahkan di jaman Belanda sekolah guru jauh lebih baik, karena para calon guru ini diasramakan, gratis, dan dididik dengan ketat dan baik. Kita bermimpi semoga suatu ketika pemerintah mengadakan sekolah guru seperti AKMIL (bukan dipersenjatai, tapi diasramakan, gratis, full gizi, ketat, dan jaminan pekerjaan).
Para guru jarang sekali mendapat pelatihan yang menunjang profesi. Mau contoh? Saya jadi guru PNS sejak tahun 1995, baru sekali-kalinya mendapat kesempatan untuk diklat, yaitu diklat penulisan karya ilmiah di LPMP Semarang tahunnya saya lupa.
Apakah guru-guru kita telah dibayar dengan baik?
Ya sebagian, khususnya yang PNS, bahkan sebagian kecil dari mereka telah menerima tunjangan sertifikasi sebesar gaji pokok meraka. Sebagian yang lain, khususnya guru yang bekerja di yayasan (swasta) kecil - gajinya sungguh membuat air mata berderai Ada guru merangkap tukang ojek, ada guru yang nyambi berbagai pekerjaan - bahkan di Jakarta ada kepala sekolah yang nyambi jadi pemulung sampah!
Jangan ada yang ngomong atau menuntut ihwal profesionalisme pada guru yang seperti ini.
Apakah guru-guru kita telah diperlengkapi dengan baik ketika mengajar?
Sebagian keciii...iil sekolah memang telah ada internet, laptop, LCD projector, laboratorium sains, lab bahasa dan sebagainya - tapi sebagian besar yang lain para guru mendidik dan mengajar dengan perangkat seadanya : TALK and CHALK only alias hanya mengandalkan Mulut dan Kapur.
Wis dhisit kesel, ngesuk ditursna ...
Sebuah profesi, termasuk dalam hal ini profesi guru, agar menjadi benar-benar profesional haruslah memenuhi minimal 5 (lima) hal baik, yakni 1. well motivated, 2. well reqriuted, 3. well trained, 4. well paid, dan 5. well equiped. (motivasi yang baik, direkrut dengan baik, dilatih atau dididik dengan baik, dibayar dengan baik, dan diperlengkapi dengan baik).
Mari kita tengok kondisi para guru kita, apakah lima hal baik itu sudah mewarnai dunia guru kita.
Apakah motivasi guru-guru kita itu baik?
Ya untuk sebagian. Sebagian (besar?) yang lain semula tidak berniat untuk menjadi guru. Banyak pengakuan jujur dari para guru, semula mereka tidak ingin jadi guru, baru setelah tidak diterima dimana-mana, akhirnya mereka menyerah dan menjadi guru. Maka jangan heran bila kita menemukan banyak sarjana non kependidikan yang mengambil akta-IV dan kemudian menjadi guru.
Apakah para guru direkrut dengan baik?
Ya untuk sebagian. Sebagian yang lain rekrutment guru kita kacau balau. Silahkan tengok adakah the best ten SMA Negeri 1 Kebumen yang mendaftar di 'jurusan guru?'; Adakah mereka yang memenangi olimpiade sains, ada yang kemudian tertarik mendaftar di jurusan guru?. Rata-rata mereka lebih suka mendaftar di jurusan 'tukan insinyur', dokter, dan sejenisnya - dan bukan jurusan guru. Dengan kata lain mahasiswa 'jurusan guru' adalah mahasiswa kelas dua, kelas tiga, ... dan kelas berikutnya.
Apakah guru-guru kita dididik dengan baik?
Barangkali sebagian mungkin demikian. Sebagian IKIP atau 'mantan IKIP' seperti UNY (Universitas Ning Ykip) atau UPI (Universitas Padahal Ikip) memang mendidik para calon guru ini dengan baik, namun kita tidak bisa menutup mata sebagian 'sekolah guru' adalah sekolah-sekolahan yang kondisinya memprihatinkan.
Bahkan di jaman Belanda sekolah guru jauh lebih baik, karena para calon guru ini diasramakan, gratis, dan dididik dengan ketat dan baik. Kita bermimpi semoga suatu ketika pemerintah mengadakan sekolah guru seperti AKMIL (bukan dipersenjatai, tapi diasramakan, gratis, full gizi, ketat, dan jaminan pekerjaan).
Para guru jarang sekali mendapat pelatihan yang menunjang profesi. Mau contoh? Saya jadi guru PNS sejak tahun 1995, baru sekali-kalinya mendapat kesempatan untuk diklat, yaitu diklat penulisan karya ilmiah di LPMP Semarang tahunnya saya lupa.
Apakah guru-guru kita telah dibayar dengan baik?
Ya sebagian, khususnya yang PNS, bahkan sebagian kecil dari mereka telah menerima tunjangan sertifikasi sebesar gaji pokok meraka. Sebagian yang lain, khususnya guru yang bekerja di yayasan (swasta) kecil - gajinya sungguh membuat air mata berderai Ada guru merangkap tukang ojek, ada guru yang nyambi berbagai pekerjaan - bahkan di Jakarta ada kepala sekolah yang nyambi jadi pemulung sampah!
Jangan ada yang ngomong atau menuntut ihwal profesionalisme pada guru yang seperti ini.
Apakah guru-guru kita telah diperlengkapi dengan baik ketika mengajar?
Sebagian keciii...iil sekolah memang telah ada internet, laptop, LCD projector, laboratorium sains, lab bahasa dan sebagainya - tapi sebagian besar yang lain para guru mendidik dan mengajar dengan perangkat seadanya : TALK and CHALK only alias hanya mengandalkan Mulut dan Kapur.
Wis dhisit kesel, ngesuk ditursna ...
4 Comments:
BAPAK-IBU GURU YG INGIN SERTIFIKASI LEWAT PORTOFOLIO, SAYA PUNYA TIPS DAN TRIK KHUSUS AGAER HEMAT BIAYA DAN CEPAT LOLOS. TERTARIK ??? HUB: st.kayo@gmail.co.id. BERRREEESSS.
Hidup Guru!!!!
Selamat hari guru dan PGRI.. Bapak saya pensiunan guru tp sy tak tertarik jadi guru karena dulu kasihan melihat Bapak. Pegawai kecil, gaji kecil walaupun bersahaja. Alhamdulillah, saya bangga jadi anak pensiunan pendidik.
Begitu sekarang kesejahteraan guru lbh baik, saya mbalik jadi pengin walaupun sudah telat. Hehe.. Ngga pp, berarti ploting saya memang bukan guru. Toh saya bisa jadi gurunya anak-anak ya Pak.
Saya cuma titip harapan, guru sekarang yang jauh lebih enak daripada dulu (menurut bapak saya) tolong untuk lebih profesional. Nda usah neko-neko yang berakibat menurunnya citra dan wibawa guru serta kualitas pendidikan. Jangan terkontaminasi dengan adanya BOS, DAK dll.
Mari para guru, cerdaskan saja anak bangsa ini.
Nggih Pak Suhar - Matur nuwun
Post a Comment