02 June 2010

Uang Gedung Siswa Baru SMA 1 Gombong 1,5 - 2 Juta, Beban Ortu Bakal Bertambah

Gombong - orasakobere.

Pungutan uang pembangunan (uang gedung) bagi siswa baru SMA Negeri 1 Gombong diperkirakan akan mencapai Rp 1,5 juta hingga Rp. 2 juta. Meningkat 50% - 100% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp. 1 juta/siswa baru. Kenaikan pungutan uang gedung ini disebabkan kini SMA Negeri 1 Gombong tengah 'ngebut' membangun 3 ruang kelas baru dengan biaya total mendekati Rp. 800 juta. Ruang kelas baru dibangun berlantai dua di kelas yang selama ini ditempati oleh kelas XII IPA.
Kepala SMA Negeri 1, Drs. Kunnaji, yang dikonfirmasi membenarkan ihwal ini. Menurut Kunnaji pembangunan ruang kelas baru harus dilakukan karena tahun pelajaran 2010/2011 SMA Negeri 1 Gombong akan menerima siswa baru kelas X sebanyak 8 rombel (rombongan belajar.

Lebih jauh Kunnaji menjelaskan bahwa sejak tahun lalu SMA Negeri 1 Gombong menerima 7 rombel masing-masing 32 siswa tiap rombel. Sementara tahun sebelumnya tiap rombel 40 siswa tiap rombel. Sehingga terjadi penurunan jumlah siswa baru yang diterima.
"Masyarakat menginginkan agar sekolah bisa menambah jumlah siswa baru yang diterima, shingga kami harus menambah satu rombel lagi, akibatnya kami harus membuat ruang kelas baru" ujar Kunnaji.

Beban Ortu Bertambah
Dipastikan beban orang tua dalam menanggung biaya pendidikan akan bertambah. Berdasarkan 'kallkulasi' sederhana, bila uang gedung Rp. 1,5 juta, uang seragam Rp. 0,5 juta, dan SPP untuk satu semester Rp. 125 ribu x 6 bulan (SMAN 1 Gombong menerapkan pembayaran sekali dalam satu semester via bank), maka total biaya yang harus ditanggung orang tua/wali murid baru sebesar Rp. 2,75 juta. Dan bila ditambah dengan biaya-biaya lain seperti biaya MOS dan tetek bengek lainnya bisa mencapai Rp. 3 juta.
Hal ini mengundang keprihatinan beberapa pihak, Drs. Rahmat Priyono, MM., pengurus PGRI Kebumen yang juga guru di SMAN 1 Gombong mengatakan bahwa pihak sekolah harus berempati terhadap masyarakat. Hal senada disampaikan koordinator Forum Pemerhati Anak Kebumen (FPA-K), Agus Purwanto. "Ditengah rencana pemerintah menaikkan tarif dasar listrik dan penarikan subsidi BBM, kebijakan ini tidak berpihak pada masyarakat menengah-bawah" ujar Agus. Agus meminta agar komite sekolah menjalankan fungsinya, khususnya fungsi mediasi.

2 Comments:

banialkahfi said...

sekolah, apalagi di sekolah favorit emang mahal. gak apa kata seorg pejabat Pemda Kebumen, apalagi menurut polisi kenalan saya, urus anak itu tak perlu repot, yg penting do it (duwit). katanya : sekolah yg bagus (?) nanti gampang masuk PT yg Bagus (?) cepat dpt kerja yg bagus (?) karir menanjak bagus (?) tak apa keluar uang asal hasilnya bagus (?) inilah manusia produk kapitalisme dan hedonisme......

ribudiyanto said...

Dulu sekolah negeri diburu peminat karena mutu baik dan murah, tapi jaman telah berubah sekolah negeri diburu peminat karena mahal, orang tua yang bis menyekolahkan di sekolah negeri yang faforit akan bangga dan sombong dengan kemahalnya. Dan nampaknya sekarang sekolah hanya diperuntukan untuk orang kaya saja, orang miskin tak lagi bisa menyekolahkan anak. Wah jika ini dibiarkan maka negeri ini akan seperti apa nanti, tolong para ks sekolah faforit pikirkan dong orang miskin jangan mentang-mentang dah kaya tak lagi ingat orang miskin

 
©  free template by Blogspot tutorial