Tingkat partisipasi anak dalam proses pengambilan keputusan sangat rendah, demikian fakta yang terungkap di hari pertama Workshop 'Partisipasi Anak Dalam Proses Pengambilan Keputusan'. Workshop yang digelar di Benteng Van der wijck diikuti sekitar 40 peserta dari berbagai unsur pemangku kepentingan dan pemangku kewajiban. Fakta masih rendahnya tingkat partisipasi anak dalam proses pengambilan keputusan ini diungkapkan oleh Ketua Komunitas Peduli Anak Kebumen, Ifadzah Sofyanti. Hal demikian diamini oleh Kasi Kebudayaan Bappeda kebumen, Puji Rahayu. Puji menjelaskan bahwa hingga hari ini musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) yang digelar tiap tahun belum pernah sekalipun melibatkan anak. "Namun di masa mendatang keterlibatan anak dalam proses perencanaan pembangunan daerah akan kami dorong" Janji Puji Rahayu.
Menurut rencana workshop akan digelar selama dua hari, rabu hingga kamis (2 s.d. 3 Juli 2008). Workshop yang difasilitasi oleh Plan PU Kebumen dan CIDA (Canadian International Development Agencies) bekerjasama dengan Majlis SAKOBERE. Sementara itu Dita Ika Sari, seorang anggota KOMPAK yang juga siswi SMA Negeri 1 Kebumen, mengakui bahwa di sekolahnya partisipasi siswa dalam proses pengambilan keputusan masih sangat rendah. "Nyaris seluruh keputusan di sekolah, termasuk yang berkaitan dengan anak masih didominasi oleh guru dan kepala sekolah" Ujar Dita. Beda jauh dengan di keluarga saya, selaku anak saya diberi porsi yang cukup dalam proses pengambilan keputusan. "Keputusan dimana kamar saya, warna cat kamar saya, hingga memilih jurusan, orangtua saya mendengarkan seksama pendapat saya" imbuh Dita.
Namun berbeda dengan Teguh, Ketua OSIS SMK Negeri Puring ini mengaku keluarganya sangat otoriter, sehingga nyaris semua keputusan diputuskan sendiri oleh orang tua tanpa pernah mendengar suara anak, kata Teguh.
Menurut rencana workshop akan digelar selama dua hari, rabu hingga kamis (2 s.d. 3 Juli 2008). Workshop yang difasilitasi oleh Plan PU Kebumen dan CIDA (Canadian International Development Agencies) bekerjasama dengan Majlis SAKOBERE. Sementara itu Dita Ika Sari, seorang anggota KOMPAK yang juga siswi SMA Negeri 1 Kebumen, mengakui bahwa di sekolahnya partisipasi siswa dalam proses pengambilan keputusan masih sangat rendah. "Nyaris seluruh keputusan di sekolah, termasuk yang berkaitan dengan anak masih didominasi oleh guru dan kepala sekolah" Ujar Dita. Beda jauh dengan di keluarga saya, selaku anak saya diberi porsi yang cukup dalam proses pengambilan keputusan. "Keputusan dimana kamar saya, warna cat kamar saya, hingga memilih jurusan, orangtua saya mendengarkan seksama pendapat saya" imbuh Dita.
Namun berbeda dengan Teguh, Ketua OSIS SMK Negeri Puring ini mengaku keluarganya sangat otoriter, sehingga nyaris semua keputusan diputuskan sendiri oleh orang tua tanpa pernah mendengar suara anak, kata Teguh.
0 Comments:
Post a Comment